Rabu, 19 November 2008

Ayat Ayat Pendek Al-Quran


Al-Qadr

001. (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya) yaitu menurunkan Alquran seluruhnya secara sekali turun dari lohmahfuz hingga ke langit yang paling bawah (pada malam kemuliaan) yaitu malam Lailatulkadar, malam yang penuh dengan kemuliaan dan kebesaran.
002. (Dan tahukah kamu) Hai Muhammad (apakah malam kemuliaan itu?) ungkapan ini sebagai pernyataan takjub atas keagungan yang terdapat pada Lailatulkadar.
003. (Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan) yang tidak ada malam lailatulkadarnya; beramal saleh pada malam itu pahalanya jauh lebih besar dan lebih baik daripada beramal saleh yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak mengandung malam lailatulkadar.
004. (Turunlah malaikat-malaikat) bentuk asal dari lafal Tanazzalu adalah Tatanazzalu, kemudian salah satu huruf Ta-nya dibuang, sehingga jadilah Tanazzalu (dan Ar-Ruh) yakni malaikat Jibril (di malam itu) artinya pada malam kemuliaan/lailatulkadar itu (dengan izin Rabbnya) dengan perintah dari-Nya (untuk mengatur segala urusan) atau untuk menjalankan ketetapan Allah buat tahun itu hingga tahun berikutnya, hal ini terjadi pada malam kemuliaan itu. Huruf Min di sini bermakna Sababiyah atau sama artinya dengan huruf Ba; yakni mereka turun dengan seizin Rabbnya dengan membawa segala urusan yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk tahun itu hingga tahun berikutnya.
005. (Malam itu penuh dengan kesejahteraan) lafal ayat ini sebagai Khabar Muqaddam atau Khabar yang didahulukan, sedangkan Mubtadanya ialah (sampai terbit fajar) dapat dibaca Mathla'al Fajri dan Mathla'il Fajri, artinya hingga waktu fajar. Malam itu dinamakan sebagai malam yang penuh dengan kesejahteraan, karena para malaikat banyak mengucapkan salam, yaitu setiap kali melewati seorang mukmin baik laki-laki maupun perempuan mereka selalu mengucapkan salam kepadanya.

Al-Bayyinah

001. (Tiadalah orang-orang yang kafir dari) huruf Min di sini mengandung makna penjelasan (kalangan ahlulkitab dan orang-orang musyrik) orang-orang musyrik artinya orang-orang yang menyembah berhala; lafal Musyrikiina di'athafkan kepada lafal Ahlilkitaabi (mau meninggalkan) agamanya; lafal Munfakkiina sebagai Khabar dari lafal Yakun; artinya mereka akan tetap memegang agama yang mereka peluk (sebelum datang kepada mereka) artinya sampai datang kepada mereka (bukti yang nyata) berupa hujah yang jelas, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw.
002. (Yaitu seorang rasul dari Allah) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Al-Bayyinah, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. (yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan) dari segala bentuk kebatilan.
003. (Di dalamnya terdapat kitab-kitab) maksudnya hukum-hukum yang tertulis (yang lurus) artinya hukum-hukum yang lurus. Dia akan membacakan apa yang dikandungnya, yaitu Alquran; di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya dan ada pula orang-orang yang kafir kepadanya.
004. (Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Alkitab) kepada mereka sehubungan dengan masalah iman kepada Nabi Muhammad saw. (melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata) yaitu setelah datang kepada mereka Nabi Muhammad saw., atau Alquran yang dibawa olehnya sebagai mukjizat baginya. Sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. mereka adalah orang-orang yang sepakat untuk beriman kepadanya/Nabi Muhammad tetapi setelah Nabi Muhammad saw. datang kepada mereka, tiba-tiba mereka mengingkarinya, terutama orang-orang yang dengki dari kalangan mereka.
005. (Padahal mereka tidak disuruh) di dalam kitab-kitab mereka yaitu Taurat dan Injil (kecuali menyembah Allah) kecuali supaya menyembah Allah, pada asalnya adalah An Ya'budullaaha, lalu huruf An dibuang dan ditambahkan huruf Lam sehingga jadilah Liya'budullaaha (dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam beragama) artinya membersihkannya dari kemusyrikan (dengan lurus) maksudnya berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim dan agama Nabi Muhammad bila telah datang nanti. Maka mengapa sewaktu ia datang mereka menjadi jadi ingkar kepadanya (dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama) atau tuntunan (yang mustaqim) yang lurus. 006. (Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik -dimasukkan- ke dalam neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya) lafal Khaalidiina menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari lafal yang tidak disebutkan; lengkapnya mereka telah dipastikan oleh Allah swt. untuk menjadi penghuni tetap di dalam neraka Jahanam untuk selama-lamanya. (Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.) 007. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk) artinya makhluk yang paling baik. 008. (Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn) sebagai tempat tinggal tetap mereka (yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya (dan mereka pun rida kepada-Nya) yakni merasa puas akan pahala-Nya. (Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabbnya) maksudnya takut kepada siksaan-Nya, yang karena itu lalu ia berhenti dari mendurhakai-Nya.


Al-Zalzalah 001. (Apabila bumi diguncangkan) yaitu mengalami gempa di saat hari kiamat tiba (dengan guncangannya) yang amat dahsyat sesuai dengan bentuknya yang besar. 002. (Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya) berupa semua perbendaharaan yang dikandungnya termasuk orang-orang mati, kemudian semuanya itu dicampakkan ke permukaannya. 003. (Dan manusia bertanya) yakni orang yang ingkar kepada adanya hari berbangkit ("Mengapa bumi jadi begini?") ia mengatakan demikian dengan nada ingkar kepada kenyataan yang sedang mereka alami ketika itu, yaitu keadaan menjelang hari kiamat. 004. (Pada hari itu) menjadi Badal dari lafal Idzaa berikut Jawabnya (bumi menceritakan beritanya) yaitu menceritakan semua amal perbuatan yang telah dilakukan di atas permukaannya, amal baik dan amal buruk. 005. (Karena sesungguhnya) hal itu terjadi disebabkan karena (Rabbmu telah memerintahkan kepadanya) yang demikian itu. Di dalam sebuah hadis disebutkan, "Setiap hamba laki-laki dan perempuan menyaksikan (pada hari itu) semua amal perbuatan yang telah dilakukannya di muka bumi."

006. (Pada hari itu manusia keluar) maksudnya mereka berangkat meninggalkan tempat penghisaban (dalam keadaan yang bermacam-macam) yakni terpisah-pisah; ada yang mengambil jalan ke kanan yaitu menuju ke surga dan ada yang mengambil jalan ke kiri yaitu menuju ke neraka (supaya diperlihatkan kepada mereka pekerjaan mereka) maksudnya balasan amal perbuatan mereka, berupa surga atau neraka.
007. (Maka barang siapa yang mengerjakan seberat zarah) atau seberat semut yang paling kecil (kebaikan, niscaya dia akan melihatnya) melihat pahalanya.
008. (Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihatnya pula) artinya dia pasti akan merasakan balasannya.

Al-'Aadiyaat

001. (Demi yang berlari kencang) di dalam perang, yaitu kuda yang lari dengan kencangnya di dalam peperangan (dengan terengah-engah) lafal Adh-Dhabhu artinya suara napas kuda sewaktu berlari kencang.
002. (Dan demi yang mencetuskan api) maksudnya kuda yang memercikkan api (dengan pukulan) teracak kakinya apabila ia berlari di tanah yang banyak batunya pada malam hari.
003. (Dan demi yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi) yaitu kuda yang menyerang musuh di waktu pagi, karena pengendaranya melakukan penyerbuan di waktu tersebut.
004. (Maka ia menerbangkan) atau mengepulkan (di waktu itu) di waktu tersebut, atau di tempat ia berlari (debu) karena gerakannya yang sangat keras.
005. (Dan menyerbu dalam kepulan debu ke tengah-tengah) artinya dengan membawa kepulan debu (kumpulan musuh) yang diserangnya; maksudnya kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah musuh dalam keadaan menyerang. Lafal Fawasathna yang kedudukannya sebagai Fi'il di'athafkan kepada Isim, karena mengingat bahwa semua Isim yang di'athafkan kepadanya mengandung makna Fi'il pula. Yakni demi yang berlari kencang, lalu mencetuskan api, lalu menerbangkan debu.
006. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah manusia yang kafir (sangat ingkar kepada Rabbnya) artinya ia mengingkari semua nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya.
007. (Dan sesungguhnya manusia itu terhadap hal tersebut) terhadap keingkarannya (menyaksikan sendiri) atau dia menyaksikan bahwa dirinya telah berbuat ingkar.
008. (Dan sesungguhnya karena cintanya kepada kebaikan) maksudnya cinta atas harta benda (dia sangat bakhil) artinya lantaran sangat mencintai harta, jadilah ia seorang yang amat bakhil atau kikir.
009. (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan) dibangunkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam kubur) yakni orang-orang mati yang dikubur di dalamnya.
010. (Dan dilahirkan) atau ditampakkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam dada) maksudnya, apa yang tersimpan di dalam kalbu berupa kekafiran dan keimanan. 011. (Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka) karena itu Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas kekafiran mereka. Di sini Dhamir diulangi penyebutannya dalam bentuk jamak, hal ini tiada lain karena memandang segi makna yang dikandung lafal Al-Insaan. Jumlah ayat ini menunjukkan pengertian Maf'ul bagi lafal Ya'lamu; artinya sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepadanya pada saat itu. Berta'alluqnya lafal Khabiirun kepada lafal Yaumaidzin memberikan pengertian, bahwa hari itu adalah hari pembalasan, karena sesungguhnya Allah selama-lamanya Maha Mengetahui.

Al-Qaari'ah
001. (Hari kiamat) dinamakan Al-Qaari'ah karena kengerian-kengerian yang terjadi di dalamnya sangat menggentarkan kalbu.
002. (Apakah hari kiamat itu?) ungkapan ini menggambarkan tentang kengeriannya; ayat yang pertama dan ayat yang kedua merupakan Mubtada dan Khabarnya.
003. (Tahukah kamu) atau apakah kamu tahu (apakah hari kiamat itu?) ungkapan ayat ini menambah kengerian yang terdapat di hari kiamat. Lafal Maa yang pertama adalah Mubtada sedangkan lafal sesudahnya yaitu lafal Adraaka merupakan Khabarnya; dan Maa yang kedua berikut Khabarnya berkedudukan sebagai Maf'ul kedua dari lafal Adraa. 004. (Pada hari itu) dinashabkan oleh lafal yang disimpulkan dari pengertian yang terkandung di dalam lafal Al-Qaari'ah yakni lafal Taqra'u, artinya pada hari yang menggentarkan itu (manusia adalah seperti anai-anai yang dihambur-hamburkan) atau seakan-akan belalang-belalang yang dihambur-hamburkan; sebagian di antaranya terbang beriring-iringan dengan yang lainnya secara semrawut. Demikian itu karena mereka dalam keadaan kebingungan, hal ini terus berlangsung hingga mereka dipanggil untuk menjalani perhitungan amal perbuatan.
005. (Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan) atau bagaikan wool yang terhambur-hamburkan, karena ringannya, sehingga jatuh kembali rata dengan tanah.
006. (Dan adapun orang yang berat timbangannya) artinya amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya.
007. (Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan) yaitu berada di dalam surga; atau dengan kata lain kehidupan yang diterimanya itu sangat memuaskannya.
008. (Dan adapun orang yang ringan timbangannya) artinya amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya.
009. (Maka tempat kembalinya) yaitu tempat tinggalnya (adalah neraka Haawiyah.)
010. (Dan tahukah kamu, apakah Haawiyah itu?) atau apakah neraka Haawiyah itu?
011. Neraka Haawiyah itu adalah (api yang sangat panas) yang panasnya luar biasa; huruf Ha yang terdapat pada lafal Hiyah adalah Ha Sakat, baik dalam keadaan Washal ataupun Waqaf tetap dibaca. Tetapi menurut suatu qiraat tidak dibaca bila dalam keadaan Washal.

At-Takaatsur
001. (Telah membuat kalian lalai) atau telah melalaikan kalian dari taat kepada Allah (bermegah-megahan) yaitu saling bangga-membanggakan harta, anak-anak dan pembantu-pembantu.
002. (Sampai kalian masuk ke dalam kubur) hingga kalian mati dikubur di dalam tanah; atau hingga kalian menghitung-hitung banyaknya orang yang telah mati.
003. (Janganlah begitu) kalimat ini mengandung hardikan dan cegahan (kelak kalian akan mengetahui.)
004. (Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui) akibat buruk dari perbuatan kalian itu di kala kalian menjelang kematian, kemudian sewaktu kalian telah berada di dalam kubur.
005. (Janganlah begitu) sesungguhnya (jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin) tentang akibat perbuatan kalian itu, niscaya kalian tidak akan lalai taat kepada Allah.
006. (Niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim) Jawab Qasamnya tidak disebutkan, yaitu niscaya kalian tidak akan sibuk dengan bermegah-megahan yang melalaikan kalian dari taat kepada Allah. Lafal Latarawunna pada asalnya adalah Latarawunanna, kemudian Lam Fi'il dan 'Ain Fi'ilnya dibuang, kemudian harakatnya diberikan kepada Wau, sehingga jadilah Latarawunna.
007. (Dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya) kalimat ayat ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya (dengan pengetahuan yang yakin) lafal 'Ainal Yaqiin adalah Mashdar; demikian itu karena lafal Ra-aa dan lafal 'Aayana mempunyai arti yang sama.
008. (Kemudian kalian pasti akan ditanyai) lafal Latus-alunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa' karena berturut-turutnya huruf Nun, dibuang pula daripadanya Wawu dhamir jamak, tetapi bukan karena 'Illat atau sebab bertemunya kedua huruf yang disukunkan; bentuk asal daripada Latus-alunna adalah Latus-aluunanna (pada hari itu) yakni di hari kalian melihat neraka Jahim (tentang kenikmatan) yang kalian peroleh semasa di dunia, yaitu berupa kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, minuman dan nikmat-nikmat lainnya. Artinya dipergunakan untuk apakah kenikmatan itu?

Al-'Ashr
001. (Demi masa) atau zaman atau waktu yang dimulai dari tergelincirnya matahari hingga terbenamnya; maksudnya adalah waktu salat Asar.
002. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah jenis manusia (benar-benar berada dalam kerugian) di dalam perniagaannya.
003. (Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh) mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi di dalam perniagaannya (dan nasihat-menasihati) artinya sebagian di antara mereka menasihati sebagian yang lainnya (supaya menaati kebenaran) yaitu iman (dan nasihat-menasihati dengan kesabaran) yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.


Al-Humazah

001. (Kecelakaanlah) lafal Al-Wail ini adalah kalimat kutukan, atau nama sebuah lembah di neraka Jahanam (bagi setiap pengumpat lagi pencela) artinya yang banyak mengumpat dan banyak mencela. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka mengumpat Nabi saw. dan orang-orang mukmin, seperti Umaiyah bin Khalaf, Walid bin Mughirah dan lain-lainnya.
002. (Yang mengumpulkan) dapat dibaca Jama'a dan Jamma'a (harta dan menghitung-hitungnya) dan menjadikannya sebagai bekal untuk menghadapi bencana dan malapetaka. 003. (Dia menduga) karena kebodohannya (bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya) dapat menjadikannya hidup kekal dan tidak mati.
004. (Sekali-kali tidak!) kalimat ini mengandung makna sanggahan. (Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan) menjadi Jawab Qasam dari lafal yang tidak disebutkan; artinya sesungguhnya dia benar-benar akan dicampakkan (ke dalam Huthamah) dan segala sesuatu yang dimasukkan ke dalamnya pasti hancur berkeping-keping.
005. (Dan tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui (apa Huthamah itu?)
006. (Yaitu api -yang disediakan- Allah yang dinyalakan) yang dinyalakan dengan besarnya.
007. (Yang naik) maksudnya panasnya naik membakar (sampai ke hati) lalu membakarnya; rasa sakit yang diakibatkan api neraka jauh lebih memedihkan daripada api lainnya, karena api neraka sangat lembut dan dapat memasuki pori-pori, lalu membakar hati. 008. (Sesungguhnya api itu atas mereka) di dalam ayat ini Dhamir dijamakkan karena memandang dari segi makna (ditutup rapat-rapat) dapat dibaca Mu`shadah dan Muushadah; artinya mereka dibakar dengan api itu dalam keadaan ditutup rapat.
009. (Pada tiang-tiang) dapat dibaca 'Amadin dan 'Umudin (yang panjang) lafal ini menjadi sifat dari lafal sebelumnya; dengan demikian maka api itu berada dalam tiang-tiang tersebut.


Al-Fiil

001. (Apakah kamu tidak memperhatikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna takjub; artinya sepatutnya kamu merasa takjub (bagaimana Rabbmu telah bertindak terhadap tentara bergajah) orang yang mempunyai gajah itu bernama Mahmud yang disertai oleh teman-temannya, yaitu raja negeri Yaman yang bernama Abrahah berikut tentaranya. Dia telah membangun sebuah gereja di Shan'a dengan tujuan supaya orang-orang berpaling dari menziarahi Mekah dan tidak menziarahinya lagi. Pada suatu hari ada seseorang lelaki dari Kinanah telah membuat kejadian di gereja tersebut, ia melumuri bagian gereja yang dijadikan kiblat dengan kotoran unta dengan maksud menghinanya. Abrahah bersumpah untuk menghancurkan Kakbah. Lalu ia datang ke Mekah bersama tentaranya, beserta gajah-gajah milik Mahmud tadi. Ketika mereka mulai bergerak hendak menghancurkan Kakbah, Allah mengirimkan kepada mereka apa yang dikisahkan-Nya melalui firman selanjutnya yaitu:
002. (Bukankah Dia menjadikan) telah menjadikan (tipu daya mereka itu) dalam rangka menghancurkan Kakbah (sia-sia) maksudnya hanya menjerumuskan mereka ke dalam kerugian dan kebinasaan.
003. (Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong) atau yang bergelombang secara berturut-turut. Menurut suatu pendapat bahwa lafal Abaabiil ini tidak ada bentuk Mufradnya, sama halnya dengan lafal Asaathiir. Menurut pendapat yang lain bahwa bentuk tunggalnya adalah Abuul atau Ibaal atau Ibbiil yang wazannya sama dengan 'Ajuul, Miftaah dan Sikkiin.
004. (Yang melempar mereka dengan batu berasal dari tanah yang terbakar) yakni tanah liat yang dibakar.
005. (Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan) atau bagaikan daun tanaman yang dimakan oleh ternak, kemudian diinjak-injak dan dicabik-cabiknya. Allah telah membinasakan setiap orang dari mereka dengan batu yang padanya telah tertulis nama orang yang dikenainya. Setiap batu bentuknya lebih besar sedikit daripada biji 'adasah dan agak kecil daripada biji kacang Humsh; batu itu dapat menembus topi baja tentara yang berjalan kaki dan gajah yang dibawanya, kemudian batu itu jatuh ke tanah setelah menembus badan mereka. Hal tersebut terjadi pada tahun kelahiran Nabi saw.

Quraisy

001. (Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.)
002. (Yaitu kebiasaan mereka) lafal ini mengukuhkan makna lafal sebelumnya (bepergian pada musim dingin) ke negeri Yaman (dan musim panas) ke negeri Syam dalam setiap tahunnya; mereka bepergian dengan tujuan untuk berniaga yang keuntungannya mereka gunakan untuk keperluan hidup mereka di Mekah dan untuk berkhidmat kepada Baitullah yang merupakan kebanggaan mereka; mereka yang melakukan demikian adalah anak-anak An-Nadhr bin Kinanah.
003. (Maka hendaklah mereka menyembah) lafal ini menjadi ta'alluq atau tempat bergantung bagi lafal Li-iilaafi; sedangkan huruf Fa adalah huruf Zaidah (Rabb rumah ini.)
004. (Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar) agar mereka tidak kelaparan (dan mengamankan mereka dari ketakutan) artinya supaya mereka tidak merasa takut lagi. Sesungguhnya mereka sering mengalami kelaparan, karena di Mekah tidak terdapat lahan pertanian, sebagaimana mereka pun pernah dicekam oleh rasa takut, yaitu ketika tentara bergajah datang kepada mereka dengan maksud untuk menghancurkan Kakbah.

Al-Maa'uun

001. (Tahukah kamu orang yang mendustakan hari pembalasan?) atau adanya hari hisab dan hari pembalasan amal perbuatan. Maksudnya apakah kamu mengetahui orang itu? Jika kamu belum mengetahui:
002. (Maka dia itulah) sesudah huruf Fa ditetapkan adanya lafal Huwa, artinya maka dia itulah (orang yang menghardik anak yatim) yakni menolaknya dengan keras dan tidak mau memberikan hak yang seharusnya ia terima.
003. (Dan tidak menganjurkan) dirinya atau orang lain (memberi makan orang miskin) ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang bersikap demikian, yaitu Al-'Ash bin Wail atau Walid bin Mughirah. 004. (Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat.) 005. (Yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya) artinya mengakhirkan salat dari waktunya.
006. (orang-orang yang berbuat ria) di dalam salatnya atau dalam hal-hal lainnya. 007. (Dan enggan menolong dengan barang yang berguna) artinya tidak mau meminjamkan barang-barang miliknya yang diperlukan orang lain; apalagi memberikannya, seperti jarum, kapak, kuali, mangkok dan sebagainya.

Al-Kautsar
001. (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu) hai Muhammad (Al-Kautsar) merupakan sebuah sungai di surga dan telaga milik Nabi saw. kelak akan menjadi tempat minum bagi umatnya. Al-Kautsar juga berarti kebaikan yang banyak, yaitu berupa kenabian, Alquran, syafaat dan lain sebagainya.
002. (Maka dirikanlah salat karena Rabbmu) yaitu salat Hari Raya Kurban (dan berkurbanlah) untuk manasik hajimu.
003. (Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu) yakni orang-orang yang tidak menyukai kamu (dialah yang terputus) terputus dari semua kebaikan; atau putus keturunannya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang bersikap demikian, dia adalah 'Ash bin Wail, sewaktu Nabi saw. ditinggal wafat putranya yang bernama Qasim, lalu 'Ash menjuluki Nabi sebagai Abtar yakni orang yang terputus keturunannya.

Al-Kaafiruun 001. (Katakanlah, "Hai orang-orang kafir!)
002. (Aku tidak akan menyembah) maksudnya sekarang aku tidak akan menyembah (apa yang kalian sembah) yakni berhala-berhala yang kalian sembah itu.
003. (Dan kalian bukan penyembah) dalam waktu sekarang (Tuhan yang aku sembah) yaitu Allah swt. semata.
004. (Dan aku tidak mau menyembah) di masa mendatang (apa yang kalian sembah.)
005. (Dan kalian tidak mau pula menyembah) di masa mendatang (Tuhan yang aku sembah) Allah swt. telah mengetahui melalui ilmu-Nya, bahwasanya mereka di masa mendatang pun tidak akan mau beriman. Disebutkannya lafal Maa dengan maksud Allah adalah hanya meninjau dari segi Muqabalahnya. Dengan kata lain, bahwa Maa yang pertama tidaklah sama dengan Maa yang kedua.
006. (Untuk kalianlah agama kalian) yaitu agama kemusyrikan (dan untukkulah agamaku") yakni agama Islam. Ayat ini diturunkan sebelum Nabi saw. diperintahkan untuk memerangi mereka. Ya Idhafah yang terdapat pada lafal ini tidak disebutkan oleh ahli qiraat sab'ah, baik dalam keadaan Waqaf atau pun Washal. Akan tetapi Imam Ya'qub menyebutkannya dalam kedua kondisi tersebut.

An-Nashr 001. (Apabila telah datang pertolongan Allah) kepada Nabi-Nya atas musuh-musuhnya (dan kemenangan) yakni kemenangan atas kota Mekah.
002. (Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah) yaitu agama Islam (dengan berbondong-bondong) atau secara berkelompok, yang pada sebelumnya hanya secara satu persatu. Hal tersebut terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah, lalu orang-orang Arab dari semua kawasan datang kepada Nabi saw. dalam keadaan taat untuk masuk Islam.
003. (Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu) artinya bertasbihlah seraya memuji-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat) sesungguhnya Nabi saw. sesudah surah ini diturunkan, beliau selalu memperbanyak bacaan: Subhaanallaah Wa Bihamdihi, Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaihi, yang artinya: "Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya." Dengan turunnya surah ini dapat diketahui bahwa saat ajalnya telah dekat. Peristiwa penaklukan kota Mekah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun delapan Hijriah, dan beliau wafat pada bulan Rabiulawal, tahun sepuluh Hijriah.

Al-Lahab
001. (Binasalah) atau merugilah (kedua tangan Abu Lahab) maksudnya diri Abu Lahab; di sini diungkapkan dengan memakai kata-kata kedua tangan sebagai ungkapan Majaz, karena sesungguhnya kebanyakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya; Jumlah kalimat ini mengandung makna doa (dan sesungguhnya dia binasa) artinya dia benar-benar merugi. Kalimat ayat ini adalah kalimat berita; perihalnya sama dengan perkataan mereka: Ahlakahullaahu Waqad Halaka, yang artinya: "Semoga Allah membinasakannya; dan sungguh dia benar-benar binasa." Ketika Nabi saw. menakut-nakutinya dengan azab, ia berkata, "Jika apa yang telah dikatakan oleh anak saudaraku itu benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku dari azab itu dengan harta benda dan anak-anakku." Lalu turunlah ayat selanjutnya, yaitu:

002. (Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan apa yang ia usahakan) maksudnya apa yang telah diusahakannya itu, yakni anak-anaknya. Lafal Aghnaa di sini bermakna Yughnii, artinya tidak akan berfaedah kepadanya harta dan anak-anaknya.
003. (Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak) yang besar nyalanya; kata-kata ini pun dijadikan pula sebagai julukan namanya, karena ia mempunyai muka yang berbinar-binar memancarkan sinar merah api.
004. (Dan begitu pula istrinya) lafal ini di'athafkan kepada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Yashlaa, hal ini diperbolehkan karena di antara keduanya terdapat pemisah, yaitu Maf'ul dan sifatnya; yang dimaksud adalah Umu Jamil (pembawa) dapat dibaca Hammalaatun dan Hammaalatan (kayu bakar) yaitu duri dan kayu Sa'dan yang banyak durinya, kemudian kayu dan duri itu ia taruh di tengah jalan tempat Nabi saw. lewat.
005. (Yang di lehernya) atau pada lehernya (ada tali dari sabut) yakni pintalan dari sabut; Jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Haal atau kata keterangan dari lafal Hammaalatal Hathab yang merupakan sifat dari istri Abu Lahab. Atau kalimat ayat ini dapat dianggap sebagai Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan.

Al-Ikhlaash
001. (Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Esa") lafal Allah adalah Khabar dari lafal Huwa, sedangkan lafal Ahadun adalah Badal dari lafal Allah, atau Khabar kedua dari lafal Huwa.
002. (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu) lafal ayat ini terdiri dari Mubtada dan Khabar; artinya Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu untuk selama-lamanya.
003. (Dia tiada beranak) karena tiada yang menyamai-Nya (dan tiada pula diperanakkan) karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya.
004. (Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia) atau yang sebanding dengan-Nya, lafal Lahu berta'alluq kepada lafal Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.

Al-Falaq

001. (Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai falaq) atau waktu subuh.
002. (Dari kejahatan apa yang telah diciptakan-Nya) yaitu dari kejahatan makhluk hidup yang berakal dan yang tidak berakal; serta dari kejahatan benda mati seperti racun dan lain sebagainya.
003. (Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita) artinya dari kejahatan malam hari apabila telah gelap, dan dari kejahatan waktu purnama apabila telah terbenam.
004. (Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus) yaitu tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan sihirnya (pada buhul-buhul) yang dibuat pada pintalan, kemudian pintalan yang berbuhul itu ditiup dengan memakai mantera-mantera tanpa ludah. Zamakhsyari mengatakan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh anak-anak perempuan Lubaid yang telah disebutkan di atas tadi.
005. (Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki) atau apabila ia menampakkan kedengkiannya lalu berusaha atas kedengkian yang dipendamnya itu, sebagaimana yang telah dikerjakan oleh Lubaid si Yahudi tadi; dia termasuk orang-orang yang dengki terhadap Nabi saw. Ketiga jenis kejahatan yang disebutkan sesudah lafal Maa Khalaq, padahal semuanya itu telah terkandung di dalam maknanya, hal ini tiada lain mengingat kejahatan yang ditimbulkan oleh ketiga perkara tersebut sangat parah.

An-Naas

001. (Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb manusia) Yang menciptakan dan Yang memiliki mereka; di sini manusia disebutkan secara khusus sebagai penghormatan buat mereka; dan sekaligus untuk menyesuaikan dengan pengertian Isti'adzah dari kejahatan yang menggoda hati mereka.
002. (Raja manusia.)
003. (Sesembahan manusia) kedua ayat tersebut berkedudukan sebagai Badal atau sifat, atau 'Athaf Bayan, kemudian Mudhaf Ilaih. Lafal An-Naas disebutkan di dalam kedua ayat ini, dimaksud untuk menambah jelas makna.
004. (Dari kejahatan bisikan) setan; setan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan (yang biasa bersembunyi) karena setan itu suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah.
005. (Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia) ke dalam kalbu manusia di kala mereka lalai mengingat Allah.
006. (Dari jin dan manusia") lafal ayat ini menjelaskan pengertian setan yang menggoda itu, yaitu terdiri dari jenis jin dan manusia, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu melalui firman-Nya, "yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin." (Q.S. Al-An'am, 112) Atau lafal Minal Jinnati menjadi Bayan dari lafal Al-Waswaasil Khannaas, sedangkan lafal An-Naas di'athafkan kepada lafal Al-Waswaas. Tetapi pada garis besarnya telah mencakup kejahatan yang dilakukan oleh Lubaid dan anak-anak perempuannya yang telah disebutkan tadi. Pendapat pertama yang mengatakan bahwa di antara yang menggoda hati manusia adalah manusia di samping setan, pendapat tersebut disanggah dengan suatu kenyataan, bahwa yang dapat menggoda hati manusia hanyalah bangsa jin atau setan saja. Sanggahan ini dapat dibantah pula, bahwasanya manusia pun dapat pula menggoda manusia lainnya, yaitu dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka sebagai manusia. Godaan tersebut melalui lahiriah, kemudian merasuk ke dalam kalbu dan menjadi mantap di dalamnya, yaitu melalui cara yang dapat menjurus ke arah itu. Akhirnya hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui.

Tidak ada komentar: